Lapan tanda keikhlasan.
Ramai yang bertutur tentang ikhlas, seolah-olah ikhlas itu mudah dicapai, mudah dilaksana. Namun pada hakikatnya tidak semudah yang disangka. Ikhlas mempengaruhi amalan kita, sama ada ia diterima Allah ataupun sebaliknya membawa bala jika kita riak dan ujub dalam beramal.
Syarat amalan diterima ada dua. Iaitu:
- 1. Amalan yang didasari keikhlasan dan niat yang murni: hanya mengharap keredhaan Allah swt
Sabda Rasulullah, Innamal a’maalubin-niyyaat, sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.” (Bukhari dan Muslim).
- 2. Amalan yang dilakukan sesuai dengan sunnah nabi s.a.w
Nabi saw. berkata, “Man `amala `amalanlaisa `alaihi amrunaa fahuwa raddun, barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak pernah kami diperintahkan, maka perbuatan itu ditolak.” (Muslim).
Ada lapan tanda-tanda keikhlasan yang bisa kita gunakan untuk mendiagnosis apakah rasa ikhlas telah mengisi relung-relung hati kita. lapan tanda itu adalah:
1. Keikhlasan hadir bila Anda takut akan populariti
Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika Anda mampu untuk tidak dikenal oleh orang lain, maka laksanakanlah. Anda tidak rugi sekiranya Anda tidak terkenal. Anda juga tidak rugi sekiranya Anda tidak disanjung orang lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi orang yang tercela dimata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat di sisi Allah.”
Letakkanlah nilaian terbaik pada pandangan Allah, bukan pada pandangan manusia. Jika hidup kita untuk memenuhi kehendak manusia, nescaya kehinaanlah yang bakal kita dapat.
2.Ikhlas ada saat Anda mengakui bahwa diri Anda mempunyai banyak kekurangan
Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimum dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya,ia cemas apa-apa yang dilakukannya tidak diterima Allah swt. kerana itu ia kerap menangis.
3. Keikhlasan hadir ketika Anda lebih cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan
Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat pohon,mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon.
Suatu hari Umar bin Khaththab pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati Mu’adz sedang menangis di dekat makam Rasulullah saw. Umar menegurnya, “Mengapa kau menangis?” Mu’adz menjawab, “Aku telah mendengar hadits dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, `Riya sekalipun hanya sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi kekasih-kekasih Allah maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal. Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan sekalipun mereka ada,mereka tidak dikenali. Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi petunjuk. Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gelita.” (Ibnu Majah dan Baihaqi)
4.Ikhlas ada saat Anda bersedia ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit
Rasulullah saw. melukiskan orang seperti ini dengan berkataan, “Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya. “
Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk panglima barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat redha Allah swt.
5.Keikhlasan ada ketika Anda mengutamakan keredhaan Allah daripada keredhaan manusia
Tidak sedikit manusia hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Bila orang itu membawa kepada keredhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung. Tapi tak jarang orang itu menggunakan kekuasaannya untuk memaksa kita bermaksiat kepada Allah swt. Di sinilah keikhlasan kita diuji. Memilih keredhaan Allah swt. atau keredhaan manusia yang mendominasi diri kita? Pilihan kita seharusnya seperti pilihan Masyithah si tukang sisir anak Fir’aun. Ia lebih memilih keredhaan Allah daripada harus menyembah Fir’aun.
6.Ikhlas ada saat Anda cinta dan marah kerana Allah
Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, redha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk kepentingan peribadi Anda. Sebaliknya, Allah swt. mencela orang yang berbuat kebalikan dari itu.
“Dan di antara mereka ada orang yang mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (At-Taubah: 58)
7.Keikhalasan hadir saat anda sabar terhadap panjangnya jalan
Keikhlasan Anda akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda adalah ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimatNya di muka bumi meski tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan sudah di depan mata, amat sangat diuji. Hanya orang-orang yang mengharap keredhaan Allah yang tegar menempuh jalan panjang itu. Seperti Nabi Nuh a.s. yang giat tanpa lelah selama 950 tahun berdakwah.
Seperti Umar bin Khatthabyang berkata, “Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu diantaranya. Jika ada satu mujahid berjuang di medan juang, itulah aku!”
8.Ikhlas ada saat Anda merasa gembira jika sahabat anda memiliki kelebihan
Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita. Hanya orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang dipikulnya. Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari dirinya untuk tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada rasa dendam. Jika seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas kepada sesiapa pun yang dianggap punya kemampuan.
sumber: dakwatuna.com
slm...prkgsian y brmnfaat..