.....Jadi, mulai bilakah perlu mempersiapkan diri supaya menjadi orang yang layak menerima Lailatul Qadar? Jawapannya ialah sejak kecil lagi. Nabi saw mempersiapkan diri, roh dan jiwanya sebelum menerima wahyu daripada Allah swt sejak daripada kecil. Baginda tidak pernah berbuat dosa pada ketika orang lain banyak berbuat maksiat. Oleh sebab itu baginda digelar Al-Amin (yang terpercaya) sejak sebelum dilantik menjadi rasul lagi.
Enam bulan sebelum Lailatul Qadar, baginda mengasingkan dirinya secara intensif meninggalkan keluarga dan kaumnya sementara waktu untuk menumpukan hati kepada Allah di gua Hira’. Itulah persediaan jiwa nabi sebelum menghadapi Lailatul Qadar.
Bagaimanakah dengan jiwa kita? Mungkinkah ibadah yang kita usahakan selama ini daripada satu Ramadan ke satu Ramadan belum menghasilkan jiwa sempurna atau suci bagi membolehkan didatangi oleh malaikat? Jika tahun ini kita tingkatkan lagi ibadah, seterusnya ditingkatkan tahun demi tahun, tidak mustahil satu ketika nanti kita akan didatangi malaikat pada malam Al Qadar.
Rugilah bagi orang-orang yang hanya menunggu-nunggu tanda-tanda Lailatul Qadar barulah bersiap untuk beribadah sebanyak-banyaknya. Atau hanya memperbanyakkan ibadah pada sepuluh hari terakhir Ramadan dan mengabaikan serta sambil lewa pada 20 malam sebelumnya dan tidak ambil kisah langsung dengan 330 malam di luar Ramadhan. Tidak salah menambah pecutan di sepuluh malam terakhir… tetapi momentumnya perlu bermula lebih awal. [selanjutnya di sini Mencari... Bukan Menanti Lailatul Qadr ]
Ayuh! Jangan bersedih andai kita bangun pagi esok, melihat cahaya mentari tampak suram, petanda malam sebelumnya adalah malam yang dinanti. Harus terus berusaha. Jika tidak berjodoh pada saat ini, moga Allah menghitung setiap amal, persediaan bertemunya lagi tahun hadapan. Ameen. Gambatte!
Di tengah pembacaan, gegendang telinga menangkap soalan yang dikemukakan dalam program Al-Kuliyyah petang tadi yang turut berdiskusi tentang Lailatul Qadar. Menarik dan penuh info, dengan panelnya Dr. Harun Din. Soalan tersebut berkisah tentang keresahan wanita yang didatangi haid pada sepuluh malam terakhir Ramadhan. Saya menjumpai satu artikel yang maveles untuk menjawab persoalan tersebut.
Tersenyum saya membaca artikel tersebut. Allah definitely knows best. Tidak ada sesuatu pun di bumi yang Allah jadikan sia-sia. Saya kongsikan di sini eh. Klik sini. Baca dan kongsikan.
Tak dapat ke masjid bertarawih? Dilarang membaca Al-Quran? Tidak boleh lagi bersolat tahajjud? No worries! Banyak lagi boleh buat ha!
- memperbanyak berzikir dengan bacaan tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan zikir lainnya
- memperbanyak istighfar
- melipatgandakan doa
- memperhebat sedekah
- membantu menyediakan juadah berbuka
- menolong kerja-kerja yang agak berat agar orang-orang lain yang berpuasa dapat berehat
- dan lain-lain lagi kebaikan dan kebajikan yang semuanya ada nilaiannya di sisi ALLAH
mantopppp leen...