Jom PQRS!
RS - Rajin solat jemaah
"Sebaik-baik sedekah adalah mempelajari seseorang islam akan ilmu, kemudian mengajar ilmunya itu kepada saudara Islam yang lain" (Riwayat Ibnu Majjah)
RS - Rajin study
BERCERMIN KEPADA KHALID AL-WALID
“menjalani perjalanan hidup seharian tidak ubah seperti menyelusuri jalan di pergunungan. Kadang-kadang menurun, suatu saat melonjak melampaui puncak tertinggi. Saat itulah, semua terlihat kecil. Bahkan, puncak gunung pun ada di telapak kaki. Berhati-hatilah, karena di balik gunung ada jurang.”
Pembawa utusan Khalifah Umar Al-Khaththab agak hairan dengan reaksi Khalid bin Walid. Selepas membaca surat dari Khalifah, panglima perang Islam yang tersohor itu berbicara perlahan kepada sang utusan. “Jangan bocorkan isi surat ini kepada sesiapapun.” Dan utusan itu pun setuju.
Itulah pesan Khalid bin Walid sesaat setelah membaca surat perlucutan jawatan panglima perang yang disandangnya. Sama sekali, hal itu bukan kerana dia menolak titah khalifah yang baru dilantik. Bukan pula karena khawatir kalau popularitinya akan merosot. Ia cuma ingin menjaga agar semangat pasukannya tetap utuh.
Dan kemenangan Perang Yarmuk yang sedang bergolak pun bisa diraih.
Populariti Khalid dalam ketenteraan Islam saat itu, memang nyaris tak tertandingi. Ia memang sempurna di bidangnya: ahli dalam siasat perang, mahir bermain senjata, handal dalam berkuda, dan karismatik di tengah prajuritnya. Benar-benar idola yang ideal buat mujahid Islam di saat itu.
Keputusan Umar mengganti Khalid justru di saat puncak kemahsyuran bukanlah sebagai penghalang. malah, Umar ingin menyelamatkan Khalid dari fanatisme yang berlebihan. Beliau juga khawatir kalau pasukan Islam mengalami penurunan motivasi.
Menariknya, semua itu diterima Khalid dengan berlapang dada. Dalam hitungan detik, dia bisa memahami maksud surat Umar itu. Ia tamatkan perang dengan begitu sempurna. Setelah berjaya, kepemimpinan pun dia serahkan kepada penggantinya: Abu Ubaidah.
Itulah sekitar kisah Khalid bin Walid. Pelajaran berharga buat mereka yang mengalami fitnah populariti. Sekecil apa pun kemasyuran, kalau tidak dibangun dengan asas yang kukuh, akan menjadi bencana besar. Setidaknya, buat kebaikan diri sang tokoh.
Kalau merujuk pada sosok Khalid bin Walid, ada beberapa aspek yang boleh kita contohi.
Pertama, ketokohan Khalid yang datang dari dalam. Bukan sekadar rekaan media, bukan juga tuntutan sepihak. Itulah kelebihan khusus Khalid. Rasulullah saw. dan Khalifah Abu Bakar telah Berjaya mengembangkan kelebihan itu pada saluran yang terbaik.
Kelebihan yang semulajadi itulah yang menjadikan ketokohan Khalid tak dinafikan. Bahkan, oleh musuh sekali pun. Seorang panglima Romawi, Georgius, pernah mengatakan,
“Saya inginkan jawapan jujur dari Anda, Wahai Panglima. Apakah Tuhan menurunkan pedang dari langit kepada Nabi Anda dan pedang itu diserahkan khusus buat Anda?” Tentu saja, pertanyaan itu membuat Khalid bin Walid tersenyum.
Kedua, Khalid tidak obses dengan ketokohannya. Ia tidak menjadikan populariti sebagai tujuan. Itu dianggapnya sebagai bahagian dari buah perjuangan. Hal itulah yang pernah diungkapkan Khalid ketika menjelaskan pergantiannya,
“Saya berjuang untuk kejayaan Islam. Bukan karena Umar!” Jadi, di mana pun posisinya, selama masih mampu ikut berperang, stamina Khalid tetap utuh. Itulah nilai ikhlas yang ingin dipegang seorang sahabat Rasul seperti Khalid bin Walid.
Rasulullah saw. mengatakan, “Siapa memurkakan Allah untuk meraih keridhaan manusia maka Allah murka kepadanya dan menjadikan orang yang mula-mula meridhainya menjadi murka kepadanya. Namun, siapa yang mencari redha Allah meskipun dalam kemurkaan manusia maka Allah akan meridhainya dan meridhakan kepadanya orang yang pernah memurkainya. Allah memperindahnya, memperindah ucapan dan perbuatannya. ”
(HR. Aththabrani)
Ketika populariti ada di tangan, sebenarnya seseorang sedang berada di puncak segala godaan. Persis seperti buruh binaan yang berada di bangunan tinggi. semakin tinggi posisinya, semakin besar tiupan angin. Dan kalau jatuh pun akan jauh lebih sakit.
Di antara godaan itu mengatakan, “Anda ini orang besar. Anda tahu apa yang Anda lakukan. Anda tak mungkin salah.” Pada masa yang sama, kalau godaan itu menusuk ke dalam hati ; maka terjadilah sifati `ujub. Ia merasa kalau dirinya memang besar. Tak ada yang layak mengatur dirinya. Termasuk, mungkin, oleh Allah swt. sendiri.
Itulah yang pernah diucapkan Iblis. “aku lebih baik dari Adam. Aku dari api, dan dia dari tanah! Bagaimana mungkin aku mesti sujud padanya!” Itulah puncak kesalahan dari orang besar. Orang yang terjebak dalam kemahsyurannyaa. Na’udzubillah!
Khalid bin Walid pun akhirnya dipanggil Allah swt. Umar bin Khaththab menangis. Bukan karena menyesal telah mengganti Khalid. Tapi, ia sedih karena tidak sempat mengembalikan jawatan Khalid sebelum akhirnya `Si Pedang Allah’ kembali ke sisi Allah swt.
Sumber artikel diolah dari: dakwatuna.com
Komentar pembaca:
Dalam kebiasaan kita berurusan setiap hari, namakan saja sebagai orang di atas mahupun orang yang di bawah, tugas yang melibatkan tanggungjawab, tidak akanlari dari penilaian manusia, cercaan, kritikan dan juga pujian.
Kritikan yang membina akan menyebabkan kita bertindak untuk memantapkan strategi, agar kejadian yang sama tidak berulang.
Namun, dalam masa yang sama, pujian pula boleh menjadi senjata syaitan. Tatkala jiwa gembira dengan pujian, sifat ujub yang dahulunya tidak berani memunculkan diri kini semakin lantang berbisik dalam hati, mengajak kita untuk berbuat syirik kepada Allah.
Hanya Allahlah yang berhak menerima segala pujian, segala puji hanya bagi Allah.
Semoga kita dilindungi dari segala macam jalan yang syaitan gunakan untuk mengggoda kita. Ujub, sukar untuk dikesan, sukar juga untuk ditinggalkan. Syaitan menggunakan strategi yang tersusun sehingga kita menyangka kita tidak berbuat salah, padahal dalam hati kita, kita berasa bangga dengan perbuatan kita. Nauzubillahi min zalik.
Contohilah Khalid alwalid, tidak terlintas dirinya untuk berlaku ujub, dalam keadaan dia mampu. Tidak terlintas juga untuk bersikap angkuh, saat dia dilucutkan jawatan oleh khalifah. Tetap saja dia bekerja dalam jalan juang islam untuk menegakkan agama yang tercinta, biar dia diatas, mahupun dibawah. Itulah ciri-ciri seorang yang ikhlas. Dan semestinya syaitan tidak dapat mengganggu golongan-golongan mukhlisin; yang ikhlas dalam beragama.
Marilah kita sama-sama membetulkan niat ketika melaksanakan amanah dakwah. Setiap kritikan untuk kebaikan, harus diterima dengan berlapang dada. Setiap pujian yang diberikan hanya layak untuk Allah s.w.t, Dzat yang Maha Memiliki, Maha Agung.
Assalamualaikum WBT,
Warga Dublin yang dikasihi,
Anda terlepas menyertai PUISI 2009 yang lalu?
Bisa menyentuh hati?
PPIMI akan membawakan julung kalinya di bumi Dublin, Mini PUISI dengan tema
Mengupas dua ciri daripada elemen Kaizen (Incremental Improvement) dalam format santai.
"The making of a masterpiece"
Lapan tanda keikhlasan.
Ramai yang bertutur tentang ikhlas, seolah-olah ikhlas itu mudah dicapai, mudah dilaksana. Namun pada hakikatnya tidak semudah yang disangka. Ikhlas mempengaruhi amalan kita, sama ada ia diterima Allah ataupun sebaliknya membawa bala jika kita riak dan ujub dalam beramal.
Syarat amalan diterima ada dua. Iaitu:
- 1. Amalan yang didasari keikhlasan dan niat yang murni: hanya mengharap keredhaan Allah swt
Sabda Rasulullah, Innamal a’maalubin-niyyaat, sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya.” (Bukhari dan Muslim).
- 2. Amalan yang dilakukan sesuai dengan sunnah nabi s.a.w
Nabi saw. berkata, “Man `amala `amalanlaisa `alaihi amrunaa fahuwa raddun, barangsiapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak pernah kami diperintahkan, maka perbuatan itu ditolak.” (Muslim).
Ada lapan tanda-tanda keikhlasan yang bisa kita gunakan untuk mendiagnosis apakah rasa ikhlas telah mengisi relung-relung hati kita. lapan tanda itu adalah:
1. Keikhlasan hadir bila Anda takut akan populariti
Fudhail bin Iyadh berkata, “Jika Anda mampu untuk tidak dikenal oleh orang lain, maka laksanakanlah. Anda tidak rugi sekiranya Anda tidak terkenal. Anda juga tidak rugi sekiranya Anda tidak disanjung orang lain. Demikian pula, janganlah gusar jika Anda menjadi orang yang tercela dimata manusia, tetapi menjadi manusia terpuji dan terhormat di sisi Allah.”
Letakkanlah nilaian terbaik pada pandangan Allah, bukan pada pandangan manusia. Jika hidup kita untuk memenuhi kehendak manusia, nescaya kehinaanlah yang bakal kita dapat.
2.Ikhlas ada saat Anda mengakui bahwa diri Anda mempunyai banyak kekurangan
Orang yang ikhlas selalu merasa dirinya memiliki banyak kekurangan. Ia merasa belum maksimum dalam menjalankan segala kewajiban yang dibebankan Allah swt. Karena itu ia tidak pernah merasa ujub dengan setiap kebaikan yang dikerjakannya. Sebaliknya,ia cemas apa-apa yang dilakukannya tidak diterima Allah swt. kerana itu ia kerap menangis.
3. Keikhlasan hadir ketika Anda lebih cenderung untuk menyembunyikan amal kebajikan
Orang yang tulus adalah orang yang tidak ingin amal perbuatannya diketahui orang lain. Ibarat pohon,mereka lebih senang menjadi akar yang tertutup tanah tapi menghidupi keseluruhan pohon.
Suatu hari Umar bin Khaththab pergi ke Masjid Nabawi. Ia mendapati Mu’adz sedang menangis di dekat makam Rasulullah saw. Umar menegurnya, “Mengapa kau menangis?” Mu’adz menjawab, “Aku telah mendengar hadits dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda, `Riya sekalipun hanya sedikit, ia termasuk syirik. Dan barang siapa memusuhi kekasih-kekasih Allah maka ia telah menyatakan perang terhadap Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang baik, takwa, serta tidak dikenal. Sekalipun mereka tidak ada, mereka tidak hilang dan sekalipun mereka ada,mereka tidak dikenali. Hati mereka bagaikan pelita yang menerangi petunjuk. Mereka keluar dari segala tempat yang gelap gelita.” (Ibnu Majah dan Baihaqi)
4.Ikhlas ada saat Anda bersedia ditempatkan sebagai pemimpin atau prajurit
Rasulullah saw. melukiskan orang seperti ini dengan berkataan, “Beruntunglah seorang hamba yang memegang tali kendali kudanya di jalan Allah sementara kepala dan tumitnya berdebu. Apabila ia bertugas menjaga benteng pertahanan, ia benar-benar menjaganya. Dan jika ia bertugas sebagai pemberi minuman, ia benar-benar melaksanakannya. “
Itulah yang terjadi pada diri Khalid bin Walid saat Khalifah Umar bin Khaththab memberhentikannya dari jabatan panglima perang. Khalid tidak kecewa apalagi sakit hati. Sebab, ia berjuang bukan untuk Umar, bukan pula untuk panglima barunya Abu Ubaidah. Khalid berjuang untuk mendapat redha Allah swt.
5.Keikhlasan ada ketika Anda mengutamakan keredhaan Allah daripada keredhaan manusia
Tidak sedikit manusia hidup di bawah bayang-bayang orang lain. Bila orang itu membawa kepada keredhaan Allah, sungguh kita sangat beruntung. Tapi tak jarang orang itu menggunakan kekuasaannya untuk memaksa kita bermaksiat kepada Allah swt. Di sinilah keikhlasan kita diuji. Memilih keredhaan Allah swt. atau keredhaan manusia yang mendominasi diri kita? Pilihan kita seharusnya seperti pilihan Masyithah si tukang sisir anak Fir’aun. Ia lebih memilih keredhaan Allah daripada harus menyembah Fir’aun.
6.Ikhlas ada saat Anda cinta dan marah kerana Allah
Adalah ikhlas saat Anda menyatakan cinta dan benci, memberi atau menolak, redha dan marah kepada seseorang atau sesuatu karena kecintaan Anda kepada Allah dan keinginan membela agamaNya, bukan untuk kepentingan peribadi Anda. Sebaliknya, Allah swt. mencela orang yang berbuat kebalikan dari itu.
“Dan di antara mereka ada orang yang mencela tentang (pembagian) zakat. Jika mereka diberi sebagian daripadanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebagian daripadanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.” (At-Taubah: 58)
7.Keikhalasan hadir saat anda sabar terhadap panjangnya jalan
Keikhlasan Anda akan diuji oleh waktu. Sepanjang hidup Anda adalah ujian. Ketegaran Anda untuk menegakkan kalimatNya di muka bumi meski tahu jalannya sangat jauh, sementara hasilnya belum pasti dan kesulitan sudah di depan mata, amat sangat diuji. Hanya orang-orang yang mengharap keredhaan Allah yang tegar menempuh jalan panjang itu. Seperti Nabi Nuh a.s. yang giat tanpa lelah selama 950 tahun berdakwah.
Seperti Umar bin Khatthabyang berkata, “Jika ada seribu mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada seratus mujahid berjuang di medan juang, aku satu di antaranya. Jika ada sepuluh mujahid berjuang di medan juang, aku satu diantaranya. Jika ada satu mujahid berjuang di medan juang, itulah aku!”
8.Ikhlas ada saat Anda merasa gembira jika sahabat anda memiliki kelebihan
Yang paling sulit adalah menerima orang lain memiliki kelebihan yang tidak kita miliki. Apalagi orang itu junior kita. Hasad. Itulah sifat yang menutup keikhlasan hadir di relung hati kita. Hanya orang yang ada sifat ikhlas dalam dirinya yang mau memberi kesempatan kepada orang yang mempunyai kemampuan yang memadai untuk mengambil bagian dari tanggung jawab yang dipikulnya. Tanpa beban ia mempersilakan orang yang lebih baik dari dirinya untuk tampil menggantikan dirinya. Tak ada rasa iri. Tak ada rasa dendam. Jika seorang leader, orang seperti ini tidak segan-segan membagi tugas kepada sesiapa pun yang dianggap punya kemampuan.
sumber: dakwatuna.com